KONEK NEWS – Ketegangan antara India dan Pakistan mencapai titik kritis pada Rabu, 7 Mei 2025 pagi ini ketika Tentara Udara India meluncurkan Operasi Sindoor, serangan udara yang menargetkan dugaan kamp teroris di wilayah perbatasan Pakistan.
Serangan ini merupakan respons langsung atas serangan teroris di Pahalgam, Kashmir pada 22 April 2025, yang menewaskan 26 orang, sebagian besar wisatawan Hindu.
Menurut pernyataan resmi Kementerian Pertahanan India, serangan udara yang dimulai sekitar pukul 05:30 pagi waktu setempat bertujuan untuk “menghancurkan infrastruktur teroris” yang diduga didukung oleh Pakistan.
India menuding kelompok militan The Resistance Front (TRF), yang dikaitkan dengan Lashkar-e-Taiba berbasis di Pakistan, sebagai pelaku serangan Pahalgam.
Meski TRF sempat mengaku bertanggung jawab sebelum menarik klaimnya, India tetap menyalahkan Pakistan atas dugaan “terorisme lintas batas”.
Kronologi dan Reaksi Awal
Serangan udara ini terjadi setelah berminggu-minggu eskalasi diplomatik dan militer antara kedua negara tetangga bersenjata nuklir tersebut.
Pada 30 April 2025, Menteri Informasi Pakistan Attaullah Tarar memperingatkan bahwa India berencana melancarkan serangan militer dalam 24-36 jam berdasarkan “intelijen kredibel”.
Pakistan juga melaporkan telah menembak jatuh dua drone militer India di Garis Kontrol (LoC) Kashmir dan meningkatkan kesiagaan militer di perbatasan.
Pagi ini, media Pakistan melaporkan ledakan di beberapa lokasi di sepanjang LoC, meskipun belum ada laporan resmi mengenai korban atau kerusakan. Pemerintah Pakistan, melalui Menteri Luar Negeri Ishaq Dar, mengutuk serangan tersebut sebagai “tindakan agresi yang tidak beralasan” dan berjanji akan memberikan respons “tegas dan proporsional”.
Islamabad juga menyerukan mediasi internasional untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.
Latar Belakang Konflik
Konflik ini berakar pada serangan mematikan di Pahalgam, yang menjadi serangan terburuk terhadap warga sipil di Kashmir dalam lebih dari dua dekade.
India menuduh Pakistan mendukung kelompok teroris, sementara Pakistan membantah keterlibatan dan menuding India menggunakan insiden tersebut untuk memicu “sentimen Islamofobia” dan menekan perjuangan kemerdekaan Kashmir.
Sejak serangan Pahalgam, kedua negara telah mengambil langkah-langkah yang memperburuk hubungan bilateral:
India menangguhkan Perjanjian Perairan Indus (IWT), menutup perbatasan darat Attari-Wagah, dan melarang penerbangan Pakistan di wilayah udaranya hingga 23 Mei 2025.
Pakistan membalas dengan menutup wilayah udaranya untuk maskapai India dan menangguhkan perdagangan bilateral.
Baku tembak sporadis terjadi di LoC sejak 24 April, termasuk insiden pada 29-30 April tanpa korban jiwa.
Reaksi Internasional
PBB, melalui Sekretaris Jenderal Antonio Guterres, mendesak kedua negara untuk “menahan diri maksimal” dan menerima mediasi untuk menyelesaikan konflik secara damai.
Amerika Serikat, melalui Menteri Luar Negeri Marco Rubio, meminta India dan Pakistan untuk meredakan ketegangan dan bekerja sama dalam penyelidikan serangan Pahalgam.
Iran juga menawarkan diri sebagai mediator pada 25 April, namun belum ada respons resmi dari kedua belah pihak.
Potensi Eskalasi dan Kekhawatiran Nuklir
Ketegangan ini memicu kekhawatiran global akan potensi perang nuklir, mengingat India dan Pakistan masing-masing memiliki sekitar 170-172 hulu ledak nuklir.
Pakistan telah mengisyaratkan kemungkinan penggunaan “spektrum kekuatan penuh”, termasuk senjata nuklir, jika kedaulatannya terancam.
Sementara itu, India tetap pada kebijakan “tidak menggunakan nuklir terlebih dahulu”, meskipun ada diskusi untuk meninjau ulang kebijakan ini.
Sebuah studi dari Rutgers University (2019) memperingatkan bahwa perang nuklir antara kedua negara dapat menyebabkan 100 juta kematian langsung dan dampak global seperti kelaparan massal akibat asap karbon.

Leave a Reply