KONEK NEWS – Presiden Prabowo Subianto mengklaim bahwa Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi salah satu program unggulannya telah mencapai tingkat keberhasilan 99,95%.
Dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (5/5/2025), ia menyebutkan bahwa dari 3,4 juta anak yang telah menerima manfaat MBG di 1.286 titik distribusi, hanya sekitar 200 anak yang mengalami gangguan pencernaan atau keracunan.
Angka ini, menurutnya, setara dengan 0,005% dari total penerima manfaat, yang ia anggap sangat kecil.
“Hari ini memang ada yang keracunan, tapi dari tiga koma sekian juta penerima, yang keracunan di bawah 200 orang, dan yang rawat inap hanya lima orang. Jadi, bisa dikatakan keberhasilannya 99,95%,” ujar Prabowo.
Ia menegaskan bahwa meskipun angka ini menunjukkan keberhasilan signifikan, pemerintah tetap menargetkan “zero accident” atau tidak ada kasus keracunan sama sekali.
Prabowo juga memuji kerja keras Badan Gizi Nasional (BGN) di bawah pimpinan Dadan Hindayana, namun mengingatkan agar tidak cepat berpuas diri.
“Saya hargai semangat Kepala BGN yang menargetkan nol penyimpangan, tapi kita harus terus meningkatkan ketelitian. Ini soal masa depan anak-anak kita,” tambahnya.
Ia menyoroti tantangan logistik dalam program ini, seperti pengelolaan dapur yang melibatkan puluhan pekerja untuk menyediakan makanan bergizi bagi jutaan anak.
Program MBG, yang merupakan bagian dari janji kampanye Prabowo untuk mengatasi stunting dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, telah menjangkau lebih dari 3,4 juta anak per Mei 2025.
Pemerintah menargetkan perluasan hingga 6 juta penerima pada akhir Juni 2025 dan 82,9 juta penerima, termasuk anak-anak dan ibu hamil, pada November 2025.
Selain dampak gizi, program ini juga diharapkan menggerakkan ekonomi lokal melalui keterlibatan UMKM, koperasi, dan petani sebagai pemasok bahan pangan.
Meski demikian, kasus keracunan yang terjadi di sejumlah daerah, seperti Bandung, Tasikmalaya, dan Cianjur, mendapat sorotan.

BGN telah memperketat prosedur distribusi dan penyimpanan makanan serta melakukan investigasi menyeluruh untuk memastikan keamanan pangan.
Dietisien dari RSA UGM, Leiyla Elvizahro, menekankan pentingnya edukasi keamanan pangan untuk mencegah makanan basi atau tidak higienis, yang diduga menjadi penyebab utama keracunan.
Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) juga memperingatkan bahwa kasus keracunan ini bukanlah insiden terisolasi, melainkan “puncak gunung es” yang menunjukkan perlunya evaluasi menyeluruh terhadap standar keamanan pangan, seperti penerapan Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP).
Menanggapi kritik, Prabowo menegaskan komitmennya untuk menyempurnakan pelaksanaan MBG. “Kami tidak boleh lengah. Target kami adalah nol kesalahan, karena ini menyangkut nyawa anak-anak,” tuturnya.
Ia juga meminta masyarakat untuk melihat perspektif yang lebih luas, di mana program ini telah memberikan manfaat besar bagi jutaan anak meski dengan tantangan kecil yang terus diperbaiki.
Ke depan, pemerintah akan melibatkan lebih banyak pihak, termasuk sekolah dan komunitas lokal, untuk memastikan kualitas dan keamanan makanan.
Dengan semangat perbaikan berkelanjutan, Prabowo optimistis MBG akan menjadi fondasi kuat bagi generasi masa depan Indonesia yang sehat dan berdaya saing.

Leave a Reply